Kisah Galau Seorang Sahabat
Kamis, 26/04/3:37 AM
Kisah galau seorang Sahabat yang diabadikan dalam kitab shahih BUKHARI Rasulullah hingga terharu melihat orang yang GALAU karena cintanya yang tak berujung pada pernikah…
عَنْ
عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا
يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا
يَبْكِى ، وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ ، فَقَالَ النَّبِىُّ –
صلى الله عليه وسلم – لِعَبَّاسٍ « يَا عَبَّاسُ أَلاَ تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ
مُغِيثٍ بَرِيرَةَ ، وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا » . فَقَالَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « لَوْ رَاجَعْتِهِ » . قَالَتْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِى قَالَ « إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ » . قَالَتْ
لاَ حَاجَةَ لِى فِيهِ .
”
Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas sesungguhnya suami Barirah adalah seorang
budak yang bernama Mughits. Aku ingat bagaimana Mughits mengikuti
Barirah kemana dia pergi sambil menangis (karena mengharapkan cinta
Barirah, pent). Air matanya mengalir membasahi jenggotnya. Nabi bersabda
kepada pamanya, Abbas, “Wahai Abbas, tidakkah engkau heran betapa besar
rasa cinta Mughits kepada Barirah namun betapa besar pula kebencian
Barirah kepada Mughits”. Nabi bersabda kepada Barirah, “Andai engkau mau kembali kepada Mughits?!” Barirah mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?” Nabi bersabda, “Aku hanya ingin menjadi perantara”. Barirah mengatakan, “Aku sudah tidak lagi membutuhkannya” [HR Bukhari no 5283].
فَأَعْتَقْتُهَا
، فَدَعَاهَا النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَخَيَّرَهَا مِنْ
زَوْجِهَا فَقَالَتْ لَوْ أَعْطَانِى كَذَا وَكَذَا مَا ثَبَتُّ عِنْدَهُ .
فَاخْتَارَتْ نَفْسَهَا
“Setelah
membeli seorang budak bernama Barirah, Aisyah memerdekannya. Setelah
merdeka, Nabi memanggil Barirah lalu memberikan hak pilih kepada Barirah
antara tetap menjadi isteri Mughits atau berpisah dari suaminya yang
masih berstatus budak. Barirah mengatakan, “Walau Mughits memberiku
sekian banyak harta aku tidak mau menjadi isterinya”. Barirah memilih
untuk tidak lagi bersama suaminya” [HR Bukhari no 2536 dari Aisyah].
Dua
hadits di atas mengisahkan seorang budak wanita yang bernama Barirah.
Semasa dia menjadi budak, dia memiliki seorang suami yang juga seorang
budak. Jadi suami isteri adalah sama-sama budak. Suatu ketika pada tahun
sembilan atau sepuluh hijriah Aisyah membeli Barirah dari pemiliknya.
Setelah menjadi miliknya, Aisyah memerdekakan Barirah dari perbudakan
dan ketika itu suami Barirah yaitu Mughits masih berstatus sebagai
budak. Jika seorang budak wanita yang memiliki suami itu merdeka maka
dia memiliki hak pilih antara tetap menjadi isteri dari suami yang masih
berstatus sebagai budak ataukah berpisah dari suami yang lama untuk
mencari suami yang baru. Oleh karena itu setelah merdeka, Nabi memanggil
Barirah dan menyampaikan adanya hak ini kepadanya. Ternyata Barirah
memilih untuk berpisah dari suaminya. Selama rentang waktu untuk memilih
inilah, Mughits selalu membuntuti kemana saja Barirah pergi. Mughits
berjalan di belakang Barirah sambil berurai air mata bahkan air mata pun
sampai membasahi jenggotnya karena demikian derasnya air mata tersebut
keluar. Ini semua dia lakukan dalam rangka mengharap iba dan belas
kasihan Barirah sehingga tetap memilih untuk bersama Mughits. Kondisi
ini pun membuat Nabi merasa iba. Sampai-sampai beliau memberi saran dan
masukan kepada Barirah agar kembali saja kepada Mughits, suaminya. Namun
Barirah adalah seorang wanita yang cerdas. Beliau tahu bahwa saran Nabi
itu status hukumnya berbeda dengan perintah Nabi. Oleh karenanya
Barirah bertanya kepada Nabi apakah yang Nabi sampaikan itu sekedar
saran ataukah perintah seorang Nabi kepada salah satu umatnya yang wajib
ditaati apapun kondisinya. Setelah Nabi menjelaskan bahwa yang Nabi
sampaikan hanya sekedar saran maka Barirah menegaskan bahwa dia sama
sekali tidak memiliki keinginan untuk kembali kepada Mughits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar